Memaknai upakara yadnya

Istilah Pura dengan pengertian sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Hindu khususnya di Bali, tampaknya berasal dari jaman yang tidak begitu tua.Pada mulanya istilah Pura yang berasal dari kata Sanskerta itu berarti kota atau benteng yang sekarang berubah arti menjadi tempat pemujaan Hyang Widhi.Sebelum dipergunakannya kata Pura untuk manamai tempat suci / tempat pemujaan dipergunakanlah kata Kahyangan atau Hyang. Pada jaman Bali Kuna dan merupakan data tertua kita temui di Bali, ada disebutkan di dalam prasasti Sukawana A I tahun 882M. Kata Hyang yang berarti tempat suci atau tempat yang berbubungan dengan Ketuhanan.

Karya Memungkah adalah upacara untuk pura yang baru selesai dibangun, tujuanya tentu untuk memohon wara nugraha Ida Sang Hyang widhi dan para Dewata agar menganugerahkan sinar suci beliau agar pura tersebut mempunyai vibrasi suci dan layak menjadi tempat suci. Jika tempat sucinya merupakan Pura yang sudah lama dibangun maka disebut dengan upacara Mupuk pedagingan, atau menambahkan pedagingan baru.  
Sedangkan ngenteg linggih adalah upacara rutin yang dilaksanakan setiap periode tertentu misalnya 10 tahun atau 30 tahun sekali. Tujuanya untuk menyucikan kembali agar vibrasi suci yang ada enteg (bertahan) dan semakin bersinar di tempat suci tersebut.
Pedudusan agung adalah tingkatan dari upacara ngenteg linggih yang menjadi satu rangkaian, jika upacara yang dilaksanakan mengambil tingkatan utama, maka menggunakan pedudusan agung, jika tingkatan madya maka menggunakan pedudusan alit dan jika tingkatan nista tidak menggunakan pedudusan. Jadi itu adalah satu rangkai upacara dimuai dari mecaru, melaspas, mepedagingan, ngenteg linggih dan ngingkup.

Sumber: http://idapedandagunung.com